Category: Tugas


BCG pada PT Sido Muncul

Boston Consulting Group (BCG) adalah perusahaan konsultan manajemen global, didirikan oleh Bruce Henderson padav tahun 1963. Memiliki 69 kantor di 40 negara, dan CEO sekarang adalah Hans-Paul Biirkner. BCG umumnya digolongkan sebagai salah satu pengurus “paling bergengsi” konsultan perusahaan dalam industri itu.

Matriks BCG dapat di gambarkan sebagai berikut :

Matriks BCG adalah perangkat strategi untuk memberi pedoman pada keputusan alokasi sumber daya berdasarkan pangsa pasar. Matriks BCG merupakan empat kelompok bisnis, yaitu :

1. Bintang (Star) mewakili peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas bagi organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas ositif bagi perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan mengantisipasi para pesaingnya.

2. Tanda tanya (Question Mark) memiliki posisi pangsa pasar relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri ang bertumbuh pesat. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau menjualnya.

3. Sapi perah (Cash Cow) memiliki pangsa pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari yang dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai sektor usaha yang lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu, divisi sapi perah harus dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin.

4. Anjing (Dog) dari organisasi memiliki pangsa pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya rendah atau tidak tumbuh. Mereka adalah anjing dalam portofolio perusahaan. Karena posisi internal dan eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan retrenchment. Ketika sebuah divisi menjadi anjing, retrenchment dapat menjadi strategi yang terbaik yang dapat dijalankan karena banyak anjing yang mencuat kembali, setelah pemangkasan biaya dan aset besar-besaran, menjadi bisnis yang mampu bertahan dan menguntungkan.

Analisis BCG Pada PT Sido Muncul

Lingkungan dimana perusahaan beroperasi berubah dengan cepat, baik politik, sosial, ekonomi maupun tekhnologi. Perubahan lingkungan tersebut akan membuat pelaku industri untuk mengevaluasi rencana bisnis dan menurut perusahaan untuk mampu merencanakan bisnisnya dengan baik agar dapat bertahan, tumbuh dan berkembang. Memasuki millenium ketiga, tantangan dan hambatan yang dihadapi dunia industri semakin besar. Persaingan dunia industri di Indonesia semakin ketat, sehingga setiap perusahaan diharuskan meningkatkan kemampuannya untuk bersaing dalam perekonomian global.

Industri besar dan global mulai masuk ke berbagai industri makanan dan minuman, sebagai contoh adalah Air Mancur dan Nyonya Meneer. Kondisi ini menuntut setiap perusahaan untuk mengetahui posisinya dalam persaingan, sehingga perusahaan dapat merencanakan strategi pemasarannya.

Berdasarkan data hasil olahan Departement Perindustrian dan Perdagangan menunjukan bahwa perusahaan yang terlibat dalam industri jumlahnya meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2008 tercatat 2673 perusahaan dan berkembang menjadi 2924 perusahaan pada tahun 2009. Data tersebut memperlihatkan terjadinya pertumbuhan industri sebesar 4,48 %. Hal ini menunjukan perusahaan harus memperhatikan perencanaan dalam menjalankan usahanya, karena persaingan yang terjadi dalam perusahaan dapat mengakibatkan ancaman maupun peluang bagi setiap perusahaan.

Persaingan industri semakin ketat seiring dengan terus meningkatnya laju pertumbuhan industri. Persaingan ini mengakibatkan setiap industri lebih jeli dalam merumuskan strategi pemasaran perusahaannya. PT Sido Muncul merupakan industri jamu tradisional yang berada pada skala industri besar. Saat ini pertumbuhan pasar industri sebesar 16,67 % sedangkan pangsa pasar relatif terhadap pesaing utama adalah 0,07. Matriks Boston Consulting Group menytakan adalah perusahaan berada dalam posisi tanda tanya.

Matriks BCG PT Sido Muncul

Sumber : http://www.docstoc.com/docs/22173515/PERUMUSAN-STRATEGI-PEMASARAN-MELALUI-PENENTUAN-PRIORITAS

http://www.google.com

Begitu strategisnya posisi apotek hingga tak bisa ti­dak, keberadaan gerai obat ini pun dimanfaat­kan per­usahaan untuk me­ngem­bangkan bisnis lain yang berbasis pelayanan kepada masyarakat.

Gedung di Jalan Veteran, Jakarta Pusat itu bukan lagi gedung ku­no yang tenggelam di antara ke­megahan gedung-gedung mo­dern di sekelilingnya. Termasuk, istana Negara yang hanya berjarak satu lemparan batu dengannya. Kimia Farma, memang sudah berbenah dan sedikit “ber­solek”. Bukan hanya dari sisi gedung yang direnovasi sejak 2004, tetapi dari strategi bisnis.

Sebagai salah satu pioner dalam in­dustri farmasi nasional, Kimia Farma su­dah cukup kenyang makan asam garam dan amat paham lika liku industri farma­si. Sudah 36 tahun PT Kimia Farma lahir. 16 Agustus tahun ini Kimia Farma genap berusia 36 tahun. Kalau ibarat usia ma­nu­sia, Kimia Farma tengah “matang-ma­tang”nya.

Dalam menjalankan roda bisnis, Kimia Farma tidak mau mengekor pesaing-pe­saingnya. Bila industri farmasi lain gencar dengan inovasi-inovasi produk baru dan in­vestasi teknologi bernilai tinggi, maka Ki­mia Farma memilih menjemput bola. Ca­ranya, dengan masuk ke tubuh ma­sya­ra­kat dan “berbaur” dengan masyarakat me­la­lui jaringan apotek. Bisa dikatakan, Apo­tek Kimia Farma yang bernaung da­lam sa­lah satu anak perusahaan, yakni PT Kimia Farma Apotek adalah ikon per­usahaan.

Hal ini tak ditampik Presiden Direktur PT Kimia Farma, Gunawan Pranoto. “Se­la­ma ini show-case Kimia Farma memang apotek. Tapi ke depan kita ingin menja­di­kan Kimia Farma sebagai health care com­pa­ny yang menyediakan pelayanan ke­se­hat­an yang paripurna. Itu menjadi tan­tang­an kita.”

Dengan bahasa lain, Gunawan yang me­mimpin Kimia Farma sejak 5 tahun la­lu ini ingin mengatakan, bahwa image Ki­mia Farma yang “hanya” apotek akan se­gera ditinggalkan. Apotek saja tidak akan cukup mengangkat Kimia Farma ke puncak persaingan industri farmasi na­sional. Apalagi target menjadi 3 besar sudah di­ca­nangkan.

Caranya? Segudang peluru rencana te­lah disiapkan Gunawan. Beberapa di an­ta­ranya bahkan sudah dijalankan. Target terdekat adalah menjadikan bisnis Kimia Far­ma menjadi satu rantai atau chain business yang saling bersinergi satu dan lainnya, tentu saja dengan kinerja lebih baik. Klise? Bisa jadi. Tetapi fakta ber­bicara, strategi itu berbuah manis. Me­ma­suki kuartal pertama 2007 ini, Kimia Far­ma ber­ada di posisi angka keramat, 8, di an­tara perusahaan farmasi –PMA mau­pun PMDN— yang ada di Indonesia. Per­tum­buhan produk hingga semester pertama 2007 mencapai 31%, meski penjual­an ha­nya naik 4,5%. Dari laporan keuang­an yang belum diaudit, di periode yang sa­ma, pundi-pundi perusahaan sudah naik dua ka­li lipat atau naik 100% dari tahun yang sama. Tahun 2006 Kimia Far­ma menca­tat­kan laba 60,63 miliar rupiah.

Apotek jadi rel distribusi

Jalan menjadi health care company su­dah dibuka lebar-lebar oleh jaringan apo­tek Kimia farma yang sangat modern. Pe­la­yanan ramah, dan suasana apotek yang nyaman —sebagian bahkan mene­rapkan sis­tem swalayan untuk obat-obat OTC, su­dah berhasil diterapkan di 330 apotek yang tersebar di seluruh wilayah Indo­ne­sia. Strategi pengembangan apo­tek ber­ha­sil mendongkak penjualan obat. Padahal ha­nya 10% obat milik Kimia Far­ma yang dijual di jaringan apotek Kimia Farma.

Meski jumlahnya belum signifikan (Gu­nawan menargetkan memiliki 1000 apo­tek), tetapi tahun lalu apotek menjadi kon­tributor terbesar yakni 44,23% dari se­­lu­ruh  pendapatan PT Kimia Farma. Pen­­jual­an produk hanya mencapai  19,65% dan sekitar 36,12% pendapatan diperoleh dari perusahaan distribusi me­lalui PT Kimia Farma Trading dan Dis­tribusi.

Begitu strategisnya posisi apotek hingga tak bisa tidak, keberadaan gerai obat ini pun dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis lain yang berbasis pelayanan kepada masyarakat. Salah satunya, klinik kesehatan. Saat ini sudah 92 klinik yang didirikan, kebanyakan me­le­kat dengan apotek. Keberadaan klinik yang dikelola Kimia Farma juga didukung oleh 23 laboratorium klinik sebagai salah satu unit usaha yang relatif baru, namun cukup menguntungkan.

Keunggulan-keunggulan itulah yang mem­buat Gunawan mantap menyongsong era perdanganan bebas 2008.  “Sa­ya tidak takut, bahkan optimis sekali ka­rena salah satu unggulan kita adalah me­miliki jaringan dan infrastruktur yang kuat,” tegas alumni Fakultas Farmasi UGM yang sempat menjadi orang nomer satu di Indofarma dan Phapros ini. Dan, tambah Gunawan, industri farmasi lain ti­dak sekuat Kimia Farma dalam hal ja­ring­an infrastruktur.

Corporate Image

Usaha memperkuat jaringan tidak lantas membuat bisnis lain terabaikan. Gu­na­wan menegaskan, bahwa bisnis lama te­tap dikembangkan. Di bidang manufaktur misalnya, Kimia Farma terus berusaha mengembangkan produk yang memi­liki nilai tambah. Mulai dari produk OTC, kosmetik, obat herbal, dan suplemen, ter­masuk generik. “Nilai tambah di sini dari semua sisi, dari formulanya, kuali­tas­nya, maupun penampilan obatnya,” je­las Gunawan.

Strategi marketing, diharapkan Guna­wan, timnya lebih fokus lagi agar produk-produk Kimia Farma lebih terjangkau. Be­be­rapa waktu terakhir, Kimia Farma aktif memberikan edukasi kepada masya­ra­kat. Ini menjadi program tetap Kimia Far­ma. Topik yang diangkat sangat beragam dan disampaikan oleh dokter atau apo­te­ker. “Dari ajang ini kita sekalian bisa promosi,” jelas Gunawan.

“Agar orang ingat Kimia Farma” ada­lah jawaban yang dikemukakan Gunawan saat menjelaskan kenapa strategi pela­yan­an kepada masyarakat dijalankan. Se­na­da dengan strategi perusahaannya yang lebih memilih corporate image daripada product image. Jadi bukan  menjadi ma­salah besar jika tidak ada produk Ki­mia Farma yang demikian melekat dalam benak masyarakat. “Kalau product ima­ge, tidak bisa bertahan lama. Kalalu per­usahaannya tutup, maka produk itu oto­matis juga akan hilang,” ujar Gunawan mencontohkan.

Diingat masyarakat saja tentu sangat subyektif. Tapi penghargaan 3 tahun ber­tu­rut-turut di bidang Corporate Brand dari majalah Business Week menjadi bukti tak terbantahkan bahwa image Kimia Farma be­nar-benar sudah melekat di hati dan pi­kir­an masyarakat.

Isu yang diagung-agungakan dalam in­dustri obat, yakni inovasi teknologi juga dilirik Kimia Farma. Saat ini 55% produksi obat Kimia Farma masih dikuasai obat generik. Produk unggulan yang terus di­go­dok adalah pengembangan obat esensial untuk masyarakat (public health medicine) seperti obat TB Fixed Dose Com­bi­na­tion, obat HIV/AIDS, dan obat malaria.

Ke depan Kimia Farma siap meluncurkan obat berbasis bioteknologi. Saat ini Kimia Farma mengandeng LIPI dan Uni­versitas Franhover, Jerman, mengembangkan interferon dan human albumin yang dibuat dengan teknologi molekuler farming. Gunawan menolak angka investasi yang sudah dikucurkannya untuk pe­ngembangan obat berbasis bioteknologi, karena penelitian masih terus berjalan. Ta­pi ia yakin uangnya tidak akan sia-sia. Karena dengan teknologi terbaru, harga human albumin yang kini masih mahal, bisa jauh lebih murah. Keuntungan pun sudah di depan mata.

Untuk pengambagan obat baru, Divisi Riset and Develompment Kimia Farma yang dipusatkan di Bandung terus me­ngembangkan obat herbal. Salah satu ce­lah yang ditekuni Kimia Farma memang obat-obat berbasis bahan alami. Salah sa­tu hasilnya, Batugin Elixir  untuk melu­ruh­kan batu ginjal. Dan Gunawan menjanjikan, dalam waktu dekat Kimia Farma akan meluncurkan satu obat herbal yang sangat bagus. Selamat Ulang Tahun Ki­mia farma, dan mari kita tunggu gebrakan Kimia Farma di masa depan!

sumber : http://www.majalah-farmacia.com

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Strategi pemasaran harus selalu dapat bersifat dinamis, selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal maupun internal. Faktor eksternal yaitu faktor diluar jangkauan perusahaan yang antara lain terdiri dari pesaing, teknologi, peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan faktor internal adalah Product (produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion.

Suatu produk yang telah berhasil diproduksi biasanya membutuhkan jasa distribusi untuk memasarkannya. Produk yang telah dihasilkan tersebut tidak bisa mencari konsumen sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan pemasaran strategi yang tepat agar suatu produk sukses dipasarkan di market. Salah satu pemasaran strategi yang sedang marak digunakan saat ini adalah dengan cara melakukan promosi. Faktor keberhasilan dari suatu pemasaran sangat ditentukan dari bagaimana promosi dilakukan. Jika promosi dilakukan dengan tepat sasaran, maka akan menghasilkan penjualan yang sangat signifikan. Terutama pada saat ini dengan adanya perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, promosi telah menjadi dan menjelma senjata ampuh yang dapat dilakukan secara lebih moderen.  Salah satu yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari promosi suatu produk adalah jika produk tersebut dapat dikenal lebih dekat oleh konsumen tentang bagaimana keunggulannya, bagamana cara mendapatkannya, dan faktor yang amat sangat penting, yaitu apakah produk tersebut memiliki harga yang kompetitif.

1.2 Pengertian Pemasaran dan Strategi

Pada dasarnya kegiatan dan pengertian pemasaran berbeda jika dibandingkan dengan kegiatan sejenis seperti kegiatan perdagangan, penjualan dan transaksi yang dilakukan. Definisi pemasaran yang dikutip dari buku yang berjudul ‘Marketing Management Analysis’ karangan dari Philip Kotler menyatakan pengertian pemasaran adalah “Suatu proses sosial, dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya”. Kemudian pengertian lain pemasaran yang dikutip dari sumber American Marketing Association tahun 1960, menyatakan bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai “Pelaksanaan dunia usaha yang mengaarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Defenisi ini hanya menekankan aspek distribusi ketimbang kegiatan pemasaran. Sedangkan fungsi-fungsi lain tidak diperlihatkan, sehingga kita tidak memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang pemasaran”

BAB 2

PEMBAHASAN

Riwayat Singkat Perusahaan

Perusahaan merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Perusahaan tercatat sebagai perusahaan public di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Perusahaan telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

Visi

Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan, dan   lingkungan.

Misi

  • Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
  • Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.
  • Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan.

Tujuan Perusahaan

Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat khususnya bidang industri kimia, farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Bidang Usaha

Perusahaan Merupakan sebuah perusahaan pelayanan kesehatan yang terintegrasi, bergerak dari hulu ke hilir, yaitu : Industri, Marketing, Distribusi, Ritel, Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Industri

Dengan dukungan kuat Riset & Pengembangan, segmen usaha yang dikelola oleh perusahaan induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia merupakan tulang punggung dari segmen industri.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, granul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Plant ini merupakan satusatunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifi kat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunanturunannya, obat asli Indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), yang telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana. Plant ini telah menerima sertifi kat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak jarak, minyak nabati dan kosmetika (bedak). Untuk menjamin kualitas hasil produksi, plant ini secara konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan US-FDA Approval.

Plant Watudakon Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di Indonesia. Plant ini memproduksi yodium dan garam-garamnya, bahan baku ferro sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi untuk obat tambah darah, dan kapsul lunak “Yodiol” yang merupakan obat pilihan untuk pencegahan gondok. Plant Watudakon juga mempunyai fasilitas produksi formulasi seperti tablet, tablet salut, kapsul lunak, salep, sirop dan cairan obat luar/dalam. Plant ini telah memperoleh sertifi kat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), ISO-9002 dan ISO-14001.

Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk yang dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifi kat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ini meliputi sediaan tablet, krim dan kapsul.

Seluruh Plant diatas kecuali Plant Watudakon telah memperoleh rating “A” untuk sertifi kasi dari Badan POM.

Manajemen Mutu

Guna menjamin kualitas produk dan layanan yang dihasilkan, Perusahaan menerapkan suatu kebijakan mutu yang memuat pedoman untuk memastikan mutu semua produk dan layanannya. Peningkatan mutu produk secara terus menerus yang dilaksanakan dengan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Sistem ini menjadi panduan bagi seluruh aspek kegiatan produksi untuk mencapai sasaran mutu yang telah ditetapkan.

Dari sisi layanan, upaya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dilaksanakan melalui implementasi prosedur layanan yang menekankan pada pencapaian standar mutu, ketepatan waktu dan standar jumlah.

Riset dan Pengembangan

Unit Riset dan Pengembangan (Risbang) merupakan suatu unit di Perusahaan yang mengembangkan dan menciptakan produk-produk baru. Unit Risbang dilengkapi fasilitas antara lain: laboratorium analisis, laboratorium formulasi, laboratorium ekstrak bahan baku alam dan kebun percobaan. Unit Risbang melakukan penelitian formulasi, baik untuk sediaan modern maupun herbal medicine, sintesa kimia sederhana dan analisis tanaman obat.

Pemasaran

PT Kimia Farma Tbk sebagai Holding melakukan kegiatan pemasaran di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor untuk permintaan obat-obat etikal, generik dan OTC. Dengan didukung oleh lebih kurang 366 orang Medical Sales Representative yang tersebar diseluruh Indonesia, mengcover 21.800 orang dokter, 276 buah rumah sakit serta 9.020 buah apotek. Selain pasar domestik, Perusahaan juga merintis pengembangan pasar ekspor untuk produk obat dan bahan baku ke beberapa negara di kawasan Asia, Eropa dan Afrika.

Kondisi pasar farmasi nasional mengalami penurunan dari segi pertumbuhan pasar. Pertumbuhan ini terjadi pada: sector Apotek sebesar 8,1%, sektor Toko Obat 8,7% dan sektor Rumah Sakit 17,9%. Sedangkan pertumbuhan di sektor non panel market sebesar 17,9%. Penurunan pertumbuhan pasar farmasi nasional tersebut disebabkan antara lain melemahnya daya beli masyarakat yang diakibatkan situasi dan kondisi perekonomian yang belum mendukung. Produk-produk perusahaan berhasil tumbuh sebesar 11,9%, memang masih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuahan pasar farmasi, diakibatkan rendahnya pertumbuhan obat generik. Pertumbuhan yang besar terjadi produk CHP (Consumer Health Product) tumbuh 20% dan tumbuhnya penjualan ekspor sebesar 65% senilai Rp.38,46 milyar.

Walaupun pertumbuhan penjualan produk perusahaan hanya mencapai 11,90%, namun ada trend yang menggembirakan yaitu adanya kenaikan penjualan untuk lini produk Consumer Health Product yang sudah sejalan dengan strategi perusahaan untuk menggalakkan produk dari lini ini. Untuk mendorong peningkatan penjualan dan permintaan produk Perusahaan, telah dilakukan beberapa upaya pemasaran antara lain sbb:

  1. Perluasan cakupan outlet sekitar 12.000 dalam rangka meningkatkan penjualan
  2. Melakukan pengembangan produk baik secara formulasi maupun kemasan dan peluncuran produk baru
  3. Melakukan kegiatan pemasaran yang lebih terencana dan lebih agresif
  4. Mengembangkan kemampuan tenaga-tenaga pemasaran melalui pelatihan dan perencanaan yang solid
  5. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan Distribusi dan Ritel
  6. Meningkatkan kinerja dan produktivitas tenaga pemasar dengan sistem insentif yang menarik.

Unit pemasaran telah memperkuat timnya dengan melakukan penambahan tenaga pemasaran atau Medical Representative (MR) yang terdiri dari MR Ethical 199 orang, MR-CHP 81 orang, MR-OGB 50 orang dan MR Institusi 28 orang, sehingga jumlah total tenaga MR sebanyak 358 orang. Dengan tenaga pemasaran yang ada tersebut dapat dicakup kegiatan promosi ke Dokter sebanyak 21.800, Apotek sebanyak 9.920, Rumah Sakit sebanyak 276, Toko Obat sebanyak 3.050. Perusahaan menempatkan diri masuk sepuluh besar rangking Industri Farmasi di Indonesia dari 200 Industri Farmasi yang ada. Disamping produk perusahaan sendiri, perusahaan juga melakukan penjualan produk-produk pihak ketiga melalui

Unit Distribusi/PBF dan unit Ritel/Apotek. Secara konsolidasi hasil penjualan perusahaan mencapai Rp.1,82 trilyun, mengalami penurunan sebesar 5,69%, dimana kontribusi penjualan di Holding sebesar Rp. 525,60 milyar,di sektor distribusi Rp.822,28 milyar, dan dari sektor Ritel/Apotek sebesar Rp.882,80 milyar. Terjadinya penurunan penjualan disebabkan karena adanya penurunan penjualan di sektor Distribusi/PBF dimana utamanya dalah penjualan di pasara institusi, karena dana yang terbatas dan pergesaran pelaksanaan pengadaan oleh Pemerintah.

Distribusi

Unit Distribusi yang direpresentasikan oleh anak perusahaan PT Kimia Farma Trading & Distribution (PT KFTD) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan penjualan produk-produk Kimia Farma. PT KFTD melayani penjualan ke pedagang besar farmasi dan apotek yangtersebar luar di seluruh Indonesia. Jumlah oulet yang dilayani tahun 2005 sebanyak 19.864 outlet, dengan tenaga salesmen sejumlah 216 orang. Selain itu guna melakukan penambahan muatan distribusi, PT KFTD juga bertindak sebagai agen diantaranya dari: PT Merapi (infus), PT Tirta Santana (kasa elastis), PT Duta Kaizar, PT Mahakam Beta Farma, PT Bio Farma, dan PT Reddis Papua.

Ritel

PT Kimia Farma Apotek, adalah Anak Perusahaan yang mengelola kegiatan usaha ritel melalui pengoperasian apotek milik perusahaan maupun apotek kerja sama operasi yang secara keseluruhan saat ini berjumlah 323 apotek. Apotek Kimia Farma melayani resep dokter, penjualan obat bebas dan alat kesehatan. Selain itu untuk menunjang kegiatan usaha di atas, apotek Kimia Farma juga dilengkapi dengan cakupan pelayanan lainnya seperti praktek dokter, penjualan optik dan swalayan farmasi, serta layanan swamedikasi. Apotek Kimia Farma dikelola oleh tenaga Apoteker yang bekerja penuh waktu untuk memberikan layanan asuhan kefarmasian dengan baik.

Laboratorium Klinik & Klinik Kesehatan

Sebagai perwujudan paradigma baru Perusahaan menjadi Perusahaan pelayanan kesehatan, maka Perusahaan mengembangkan kegiatan usaha baru berupa layanan Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan.

Adapun layanan yang diberikan yaitu :

  • Jasa Layanan pemeriksaan Laboratorium Klinik sebagai penunjang diagnosa seperti pemeriksaan kesehatan (medical check up).
  • Konsultasi dan pemeliharaan kesehatan.

Sampai dengan tahun 2005 jumlah Laboratorium Klinik yang beroperasi sebanyak 19 outlet yang tersebar di Jawa, Bali dan Batam. Sedangkan jumlah Klinik Kesehatan pada tahun 2005 sebanyak 9 klinik di Jawa dan Bali, termasuk di lingkungan Kantor Pusat PT Indosat.

Sumber Daya Manusia

Perusahaan menyadari bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) berperanan penting dalam menjaga keberlangsungan perusahaan, oleh karena itu Perusahaan menetapkan strategi pengembangan SDM yang selaras dengan strategi bisnis yang telah ditetapkan, dalam arti implementasi manajemen SDM harus mampu meningkatkan kompetensi dan komitmen karyawan pada perusahaan, sehingga dapat menjamin tercapainya implementasi strategi bisnis.

Perusahaan mengalokasikan cukup dana untuk program pengembangan SDM. Program pelatihan, seminar dan lokakarya, baik di dalam maupun luar negeri untuk memperluas wawasan dan meningkatkan ketrampilan karyawan.

Risiko Perusahaan

Sebagaimana halnya dengan bidang-bidang usaha lainya, bidang usaha yang dilakukan Perusahaan juga tidak terlepas dari risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan. Berkaitan dengan hal ini, Perusahaan berupaya meminimalkan risiko dengan melakukan pengamatan yang seksama terhadap risiko tersebut. Menurut Manajemen, risiko-risiko usaha yang mungkin dihadapi Perusahaan adalah sebagai berikut:

  • Risiko perubahan mata uang depresiasi nilai rupiah terhadap valuta asing

Sebagian besar bahan baku obat Perusahaan diimpor, sedangkan pendapatan Perusahaan saat ini sebagian besar dalam mata uang Rupiah. Apabila terjadi depresiasi nilai mata uang Rupiah maka akan meningkatkan harga pokok penjualan produk Perusahaan dan hal ini akan mempengaruhi kinerja usaha Perusahaan.

  • Risiko pasokan bahan baku

Bahan baku obat Perusahaan sebagian berasal dari pihak ketiga, baik lokal maupun impor. Keterlambatan dalam pengiriman, kesulitan melakukan pembelian bahan baku serta kebijakan Pemerintah mengenai impor, dapat berpengaruh pada kelangsungan pasokan bahan baku, yang pada akhirnya dapat mengganggu kegiatan produksi Perusahaan.

  • Risiko persaingan usaha

Di industri farmasi tidak terdapat pemain yang memiliki pangsa pasar secara dominan. Pesaing Perusahaan berusaha meningkatkan pangsa pasar dengan mengeluarkan produk baru serta memperbaharui produk lama. Munculnya pesaing baru mungkin akan mengakibatkan pangsa pasar Perusahaan berkurang dan dapat mempengaruhi kinerja Perusahaan.

  • Risiko perekonomian

Kondisi perusahaan farmasi dapat dipengaruhi oleh perubahan perekonomian nasional, seperti infl asi yang tinggi. Hal tersebut akan menurunkan daya beli konsumen dan berakibat turunnya pendapatan Perusahaan.

  • Risiko perubahan peraturan

Kegiatan usaha dibidang farmasi merupakan bidang kegiatan usaha yang diatur secara ketat oleh Pemerintah, misalnya aturan tentang penetapan harga jual obat. Perubahan peraturan tersebut dapat mempengaruhi penjualan dan keuntungan Perusahaan. Di samping itu, adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Paten, Undang-Undang Persaingan Usaha dan Undang-Undang Otonomi Daerah juga dapat mempengaruhi kegiatan usaha Perusahaan.

  • Risiko kegagalan pengembangan usaha (Investasi)

Dalam upaya mempertahankan serta meningkatkan penjualannya, Perusahaan secara berkesinambungan memasarkan produk baru kepada masyarakat. Dalam hubungan ini kegagalan yang terjadi dalam pemasaran produk baru Perusahaan dapat mengakibatkan pengaruh yang negatif terhadap pendapatan Perusahaan. Saat ini Perusahaan sedang mengembangkan kegiatan usaha baru berupa Laboratorium Klinik dan Klinik Kesehatan. Kegagalan dalam pengembangan usaha tersebut akan membebani keuangan Perusahaan.

  • Risiko pemalsuan obat

Saat ini banyak beredar produk farmasi yang dipalsukan di Indonesia. Produk-produk palsu tersebut seringkali memiliki bentuk dan fi sik yang sama dengan produk aslinya, tetapi memiliki komposisi dan kualitas yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan dari Badan POM. Semakin banyaknya obat palsu yang beredar di pasaran akan menyebabkan turunnya kepercayaan konsumen terhadap produk aslinya. Apabila pemalsuan ini dilakukan terhadap produk-produk Perusahaan maka akan berdampak negatif pada pendapatan Perusahaan.

  • Risiko produk rusak

Produk yang telah beredar di pasaran dapat mengalami kerusakan, hal ini dapat disebabkan antara lain oleh distribusi yang kurang baik atau sebab-sebab lain di luar kendali perusahaan. Produk rusak ini dapat menimbulkan klaim dari konsumen dan mengurangi tingkat kepercayaan konsumen. Apabila hal ini terjadi pada produk Perusahaan, maka akan menurunkanpendapatan dan meningkatkan beban Perusahaan.

  • Risiko pemogokan karyawan

Karyawan merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan kegiatan usaha Perusahaan. Apabila terjadi pemogokan masal karyawan, akan menghambat kegiatan usaha Perusahaan.

  • Risiko dampak lingkungan

Dalam kegiatan produksinya, terdapat limbah produksi berbentuk padat, cair dan gas. Perusahaan telah melakukan pengelolaan limbah produksi sesuai ketentuan, tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri, sehingga dapat memberikan risiko tuntutan hukum bagi Perusahaan.

Analisis SWOT

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

  1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
  2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
  3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
  4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

Terjadinya krisis ekonomi yang multidimensi berdampak pada meningkatnya harga obat-obatan terutama harga obat paten/merek dagang, kondisi ini sekaligus berakibat pada tidak dapat terpenuhinya kebutuhan kesehatan masyarakat yang tengah mengalami penurunan daya beli. Guna menanggulangi kondisi tersebut dibutuhkan adanya peran serta industri farmasi khususnya dalam memproduksi, mengembangkan dan memasyarakatkan obat-obatan yang harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik diwilayah perkotaan maupun pedesaan. Salah satu bentuk peran serta industri farmasi yang tengah dilakukan adalah dengan memasarkan dan memasyarakatkan obat generik.

Strength / kekuatan :

Kimia Farma merupakan perusahaan yang mengeluarkan produk-produk kesehatan untuk masyarakat. Banyak produk-produk kimia farma yang menjadi inovator dengan mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi.

Obat generik merupakan salah satu produk farmasi yang kompetitif karena memiliki keunggulan harga lebih murah 2 – 8 kali harga obat paten/merek dagang pertamanya dan memiliki kualitas yang sama dengan obat merek dagang pertamanya.

Kebijakan memasyarakatkan dan memasarkan obat generik yang dilakukan oleh perusahaan juga sejalan dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen akan obat secara keseluruhan yang mencapai 9,93% per kapita, serta 92% potensi pasar bisnis industri farmasi di Indonesia masih belum terpenuhi. Hal tersebut menjadi peluang bisnis yang kompetitif bagi 200 industri farmasi yang ada di Indonesia termasuk PT. Kimia Farma Tbk. untuk lebih mengembangkan obat generik sehingga mampu memiliki daya saing strategis dan dapat meningkatkan kemampu labaan. Guna mengantisipasi persaingan bisnis yang kompetitif di pasar industri farmasi khususnya dalam memasarkan maka pihak manajemen PT. Kimia Farma Tbk. harus mengupayakan untuk menerapkan strategi bersaing.

Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dalam menghadapi persaingan bisnis obat generik meliputi ; pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kualitas obat generik, faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan keseluruhan faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam memasarkan obat generik.

Weakness / kelemahan :

Kinerja atribut/variabel obat generik sebagai berikut ; kinerja atribut kemasan dan variasi (keragaman) obat generik memiliki penilaian yang negatif, sehingga pihak manajemen perusahaan perlu menetapkan upaya/tindakan untuk lebih meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik perhatian dan meyakinkan konsumen serta menambah varian-varian baru agar konsumen memiliki pilihan alternatif dalam mengkonsumsi obat generik.

Opportunity / peluang :

  1. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan.
  2. Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.

Threat / ancaman :

  1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkannya “perang saudara” terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama.
  2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar lokal.
  3. Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat menjadi lebih sulit dikontrol.
  4. Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi.



PT Kimia Farma Tbk berencana mengedarkan obat kanker dengan harga lebih terjangkau untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah. Pemasaran obat tersebut saat ini masih menunggu izin edar dan penerbitan nomor regitrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Obat kanker tersebut merupakan hasil produksi Naprod Group, perusahaan farmasi asal India, yang pemasarannya dilakukan melalui kerja sama dengan Kimia Farma.Dalam kerja sama tersebut Kimia Farma akan memasarkan obat kanker hasil produksi Naprod dengan harga terjangkau yang akan dipasok ke lembaga-lembaga kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan pasien pengidap penyakit kanker, seperti Rumah Sakit Kanker Dharmais.

“Obat kanker Naprod ini kami peruntukkan khusus bagi masyarakat menengah ke bawah karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan produk sejenis buatan produsen lain, tetapi dengan mutu yang terjamin,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk Adhi Nugroho, kemarin.Produk tersebut ditargetkan mulai diedarkan pada tahun ini atau paling lambat awal tahun depan, setelah mendapat nomor registrasi dari BPOM yang diharapkan terbit pada pertengahan tahun ini.

Menurut dia, obat kanker yang didaftarkan tersebut terdiri dari beberapa item yang mencakup hampir semua jenis varian penyakit, sedangkan mengenai volume peredarannya bergantung pada jenis penyakitnya. “Artinya, Kimia Farma siap untuk memperbesar stok obat untuk jenis penyakit yang banyak diidap pasien di sini.”Kerja sama Kimia Farma dan Naprod, menurut Adhi, tidak hanya sebatas pemasaran saja tetapi juga termasuk dalam hal produksi. “Dalam perjanjian disebutkan bahwa setelah 2 tahun melakukan pemasaran, Kimia Farma dan Naprod akan membangun fasilitas produksi obat tersebut di Indonesia,” tuturnya.

Dia menilai modal kerja sama seperti ini menguntungkan kedua perusahaan dan merupakan bagian dari transfer teknologi. Bagi Naprod, mereka dapat kesempatan untuk memperluas jaringan pemasarannya di Indonesia, sedangkan bagi Kimia Farma, selain dapat menyediakan obat kanker untuk masyarakat miskin, juga berkesempatan untuk melakukan alih teknologi.”Jika kerja sama produksi ini terlaksana dengan baik maka Kimia farma akan mengirim sumber daya manusianya ke India untuk mempelajari teknologi produksi obat kanker,” jelasnya.Naprod Group merupakan salah satu perusahaan farmasi terkemuka di India yang fokus memproduksi dan mengembangkan obat penyakit kanker. Perusahaan ini juga memiliki pabrik bahan baku obat kanker.

Sumber: AFRIYANTO Bisnis Indonesia

Lima kekuatan Porter adalah kerangka untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh Michael E. Porter dari Harvard Business School  pada 1979. Menggunakan konsep-konsep pengembangan, Organisasi Industri ekonomi untuk menurunkan lima kekuatan yang menentukan intensitas kompetitif dan karena itu daya tarik dari pasar.   Porter menyatakan bahwa kelima kekuatan bersaing tersebut dapat mengembangkan strategi persaingan dengan mempengaruhi atau mengubah kekuatan tersebut agar dapat memberikan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan.

Ruang lingkup kelima kekuatan bersaing tersebut, antara lain:

1) Ancaman pendatang baru, yang dapat ditentukan dengan hambatan masuk ke dalam industri, antara lain, hambatan harga, respon incumbent, biaya yang tinggi, pengalaman incumbent dalam industri, keunggulan biaya, differensiasi produk, akses distribusi, kebijakan pemerintah dan switching cost.
2) Kekuatan tawar-menawar pemasok, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat konsentrasi pasar, diversifikasi, switching cost, organisasi pemasok dan pemerintah.
3) Kekuatan tawar-menawar pembeli, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain differensiasi, konsentrasi, kepentingan pembeli, tingkat pendapatan, pilihan kualitas produk, akses informasi, dan switching cost.
4) Ancaman produk subtitusi, yang ditentukan oleh harga produk subtitusi, switching cost, dan kualitas produk.
5) Persaingan di dalam industri, yang ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu pertumbuhan pasar, struktur biaya, hambatan keluar industri, switching cost, pengalaman dalam industri, dan perbedaan strategi yang diterapkan.
Berikut adalah analisis teori Porter pada PT Kimia Farma :

1) Ancaman pendatang baru

Kekuatan  ini biasanya dipengaruhi besar kecilnya hambatan masuk ke dalam industri. Hambatan masuk kedalam industri itu contohnya antara lain : besarnya biaya investasi yang dibutuhkan, perijinan ,akses terhadap  bahan mentah, akses terhadap saluran distribusi, ekuitas merek dan masih banyak lagi.  Biasanya semakin tinggi hambatan  masuk , semakin rendah ancaman yang masuk dari pendatang baru. Obat-obatan yang di produksi oleh PT Kimia Farma sudah terpercaya oleh para apotek-apotek di seluruh Indonesia karena kualitas dari produk tersebut, sehingga PT Kimia Farma selalu membuat produknya lebih berkualitas lagi supaya masyarakat tetap percaya dengan produk ini.

2) Kekuatan tawar-menawar pemasok

Daya tawar dari pemasok juga digambarkan sebagai pasar input. Pemasok bahan baku, komponen, tenaga kerja, dan jasa (seperti keahlian) kepada perusahaan dapat menjadi sumber kekuatan di perusahaan, ketika ada beberapa pengganti. Pemasok dapat menolak untuk bekerja sama dengan perusahaan, atau, misalnya, muatan berlebihan harga tinggi untuk sumber daya yang unik.

3) Kekuatan tawar-menawar pembeli

Kekuatan tawar pembeli ,dimana kita bisa melihat bahwa semakin besar pembelian, semakin banyak pilihan yang tersedia bagi pembeli dan pada umumnya  akan membuat posisi pembeli semakin kuat.

4) Ancaman produk subtitusi

Pembeli kecenderungan untuk mengganti produk karena kinerja dari produk pengganti lebih baik dan memiliki harga relatif murah. Jumlah produknya juga lebih gampang ditemukan di pasar. Produk pengganti dari Kimia Farma sangat banyak sekali, misalnya dapat di ganti dari produk Kalbe Farma, Darya Varia, Sanbe Farma dll yang semuanya mempunyai kualitas yang baik.

5) Persaingan di dalam industri

Untuk mengatasi persaingan dalam industri, perusahaan harus meningkatkan kualitas yang lebih baik lagi, harga lebih terjangkau, melakukan inovasi-inovasi baru terhadap produknya supaya masyarakat tidak mengalami kejenuhan terhadap produk tersebut.

sumber : http://www.kppu.go.id/docs/Kompetisi/kompetisi_13.pdf


Latar Belakang

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh organisasi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

  1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
  2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
  3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.
  4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

Jenis-Jenis Analisis SWOT

1. Model Kuantitatif

Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threath (T).

Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing -masing subkomponen, dimana satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang lebih menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.

2. Model Kualitatif

Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T, maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian, karena mungkin saja misalnya, SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah.

Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi organisasi atau program.

Pembahasan

Kimia Farma merupakan pioner dalam industri farmasi Indonesia. Cikal bakal perusahaan dapat dirunut balik ke tahun 1917, ketika NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co., perusahaan farmasi pertama di Hindia Timur, didirikan. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi eks perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT Kimia Farma (Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

Berbekal tradisi industri yang panjang selama lebih dari 187 tahun dan nama yang identik dengan mutu, hari ini Kimia Farma telah berkembang menjadi sebuah perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia yang kian memainkan peranan penting dalam pengembangan dan pembangunan bangsa dan masyarakat.

Terjadinya krisis ekonomi yang multidimensi berdampak pada meningkatnya harga obat-obatan terutama harga obat paten/merek dagang, kondisi ini sekaligus berakibat pada tidak dapat terpenuhinya kebutuhan kesehatan masyarakat yang tengah mengalami penurunan daya beli. Guna menanggulangi kondisi tersebut dibutuhkan adanya peran serta industri farmasi khususnya dalam memproduksi, mengembangkan dan memasyarakatkan obat-obatan yang harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik diwilayah perkotaan maupun pedesaan. Salah satu bentuk peran serta industri farmasi yang tengah dilakukan adalah dengan memasarkan dan memasyarakatkan obat generik.

Strength / kekuatan :

Kimia Farma merupakan perusahaan yang mengeluarkan produk-produk kesehatan untuk masyarakat. Banyak produk-produk kimia farma yang menjadi inovator dengan mengembangkan obat-obatan serta rumusan kimia baru baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui aliansi strategis dengan mitra internasional. Serta banyak menghasilkan produk-produk baru yang berbasis teknologi tinggi.

Obat generik merupakan salah satu produk farmasi yang kompetitif karena memiliki keunggulan harga lebih murah 2 – 8 kali harga obat paten/merek dagang pertamanya dan memiliki kualitas yang sama dengan obat merek dagang pertamanya.

Kebijakan memasyarakatkan dan memasarkan obat generik yang dilakukan oleh perusahaan juga sejalan dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen akan obat secara keseluruhan yang mencapai 9,93% per kapita, serta 92% potensi pasar bisnis industri farmasi di Indonesia masih belum terpenuhi. Hal tersebut menjadi peluang bisnis yang kompetitif bagi 200 industri farmasi yang ada di Indonesia termasuk PT. Kimia Farma Tbk. untuk lebih mengembangkan obat generik sehingga mampu memiliki daya saing strategis dan dapat meningkatkan kemampu labaan. Guna mengantisipasi persaingan bisnis yang kompetitif di pasar industri farmasi khususnya dalam memasarkan maka pihak manajemen PT. Kimia Farma Tbk. harus mengupayakan untuk menerapkan strategi bersaing.

Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dalam menghadapi persaingan bisnis obat generik meliputi ; pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kualitas obat generik, faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan keseluruhan faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam memasarkan obat generik.

Weakness / kelemahan :

Kinerja atribut/variabel obat generik sebagai berikut ; kinerja atribut kemasan dan variasi (keragaman) obat generik memiliki penilaian yang negatif, sehingga pihak manajemen perusahaan perlu menetapkan upaya/tindakan untuk lebih meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik perhatian dan meyakinkan konsumen serta menambah varian-varian baru agar konsumen memiliki pilihan alternatif dalam mengkonsumsi obat generik.

Opportunity / peluang :

1. Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa dikembangkan.

2. Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk dokter spesialis yang dibutuhkan.

Threat / ancaman :

1. Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang diistilahkannya “perang saudara” terutama terjadi di jalur pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang berada di kategori yang sama.

2. Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup industri farmasi nasional terutama untuk pasar lokal.

3· Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif sehingga harga obat menjadi lebih sulit dikontrol.

4· Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis farmasi.

Terjadinya krisis ekonomi yang multidimensi berdampak pada meningkatnya harga obat-obatan terutama harga obat paten/merek dagang, kondisi ini sekaligus berakibat pada tidak dapat terpenuhinya kebutuhan kesehatan masyarakat yang tengah mengalami penurunan daya beli. Guna menanggulangi kondisi tersebut dibutuhkan adanya peran serta industri farmasi khususnya dalam memproduksi, mengembangkan dan memasyarakatkan obat-obatan yang harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik diwilayah perkotaan maupun pedesaan. Salah satu bentuk peran serta industri farmasi yang tengah dilakukan adalah dengan memasarkan dan memasyarakatkan obat generik.

Kekuatan dari produk obat generik :

Obat generik merupakan salah satu produk farmasi yang kompetitif karena memiliki keunggulan harga lebih murah 2 – 8 kali harga obat paten/merek dagang pertamanya dan memiliki kualitas yang sama dengan obat merek dagang pertamanya.

Kebijakan memasyarakatkan dan memasarkan obat generik yang dilakukan oleh perusahaan juga sejalan dengan meningkatnya jumlah permintaan konsumen akan obat secara keseluruhan yang mencapai 9,93% per kapita, serta 92% potensi pasar bisnis industri farmasi di Indonesia masih belum terpenuhi. Hal tersebut menjadi peluang bisnis yang kompetitif bagi 200 industri farmasi yang ada di Indonesia termasuk PT. Kimia Farma Tbk. untuk lebih mengembangkan obat generik sehingga mampu memiliki daya saing strategis dan dapat meningkatkan kemampu labaan. Guna mengantisipasi persaingan bisnis yang kompetitif di pasar industri farmasi khususnya dalam memasarkan maka pihak manajemen PT. Kimia Farma Tbk. harus mengupayakan untuk menerapkan strategi bersaing.

Faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh PT. Kimia Farma Tbk. dalam menghadapi persaingan bisnis obat generik meliputi ; pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap kualitas obat generik, faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, merupakan keseluruhan faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam memasarkan obat generik.

Kelemahan dari produk obat generik :

Kinerja atribut/variabel obat generik sebagai berikut ; kinerja atribut kemasan dan variasi (keragaman) obat generik memiliki penilaian yang negatif, sehingga pihak manajemen perusahaan perlu menetapkan upaya/tindakan untuk lebih meningkatkan kemasan produk agar lebih menarik perhatian dan meyakinkan konsumen serta menambah varian-varian baru agar konsumen memiliki pilihan alternatif dalam mengkonsumsi obat generik. (digital library,Ramdhan Sukarno, MB-IPB)

KIMIA FARMA

Visi

Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan, dan   lingkungan.

Misi

  • Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
  • Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.
  • Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan.

Tujuan Perusahaan

Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat khususnya bidang industri kimia, farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Visi termasuk visi strategik, karena perusahaan mempunyai komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan, dan lingkungan, yang dimana visi perusahaan tersebut dapat di terima oleh semua pihak yang bersangkutan agar di masa depan visi tersebut benar-benar tercapai.

Misi mampu menjawab bagaimana perusahaan mencapai visinya. Dalam misi perusahaan telah dijelaskan bagaimana perusahaan untuk mencapai visi, sehingga dikembalikan lagi kepada para pihak yang menjalankan bagaimana misi dan visi perusahaan tercapai.

NERACA CINTA

Di hatiku…
terdapat JURNAL-JURNAL cinta

Di dalam jiwaku…
ada komponen teori raga yang menyatu nyata
Ini adalah kerja sama BILATERAL
antara Kau dan Aku
Meskipun ada RUGI LABA yang kau perhitungkan tentang ku…

Setelah kau bukukan Hatiku
terlihat KERTAS KERJA didalam benak mu
yang kau susun secara sistematis dan logis..

akupun menerimamu dengan AKUN ku
dan menelitimu dengan BUKU bESAR ku…
ku tulis jumlah cemburu mu,
ku tambah dengan cinta mu,
ku kurangi dengan PAJAK amarah mu,
ku susun JURNAL PEMBALIK ku…

hasil persentasi TOTALnya sama dengan
cintaku BALANCE padamu…

GOOD GOVERNANCE (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan )
Prof. Bintoro Tjokroamidjojo
I. Pendahuluan
Bersama dengan reformasi dari sistem kearah yang lebih demokratis, perkembangan dari ekonomi pengarahan (plan) ke ekonomi pasar, berkembang pula pemikiran tentang good governance, kepentingan (pengurusan pemerintahan) yang baik (Sofyan Effendi). Tentang istilah ini Bondan Gunawan mengajukan padanan kata penyelenggaraan yang baik.Bahkan mengenai yang baik ini Emil Salim menyebut berintegritas. Tetapi pengertian good governance dengan masih simpang siur,pada umumnya mengartikan good governance dengan pemenrintahan yang bersih, atau clean governmant. Seringkali juga mengarah pada pemerintahan yang bersih dan beribawa. Disini diajukan suatu pemikiran awal, tentang good governance sebagai paradigma baru administrasi / manajemen pembangunan. GoorGovernance adalah suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut administrasi pembangunan. Administrasi Pembangunan / Manajemen Pembangunan menempatkan peran Pemerintah Sentral. Pemerintah maenjadi agent of change dari suatu masyarakat (berkembang / deloping) dalam negara berkembang. Agent of change (agen perubahan). Dan karena perubahan yang dikehendaki.Planned, perubahan berencana, maka juga disebut agent of development.Pendorong proses pembangunan, perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program. Proyek-proyek, bahkan industri-industri, dan peran perencanaan dan budget. Dengan perencanaan dan budget juga menstimulasi investasi sektor swasta. Kebijaksanaan dan persetujuan
penanaman modal ditangan pemerintah. Dan banyak penanaman modal (investasi) dilakukan pemerintah.
Dalam Good Governance tidak lagi pemerintah, tetapi juga citixen, masyarakat dan terutama sektor usaha/swasta yang berperan dalam governace. Jadi ada penyelenggara pemerintah, penyelewengan swasta, bahkan oleh organisasi masyarakat (LSM misalnya). Ini juga karena perubahan paradigma pembangunan dengan peninjauan ulang peran pemerintah dalam pembangunan, yang semula bertindak sebagai regulator dan pelaku pasar. Menjadi bagaimana menciptakan iklim yang konduktif dan melakukan investasi prasarana yang mendukung dunia usaha. Sudah barang tentu ini bisa dilakukan apabila masyarakat dan sektor swasta sendiri sudah semakin mampu/berdaya.
Justru usaha pembangunan melalui koordinasi/sinergi (keselarasan kerja/interaksi) antara pemerintah –masyarakat – swasta. Mungkin dapat dilihat sebagai bentuk pemerintah memberdayakan masyarakat terutama sektor usaha agar menjadi partner pemerintah.
Bahka masyarakat dunia sekarang sudah lebih private sector led Growth (Di Indonesia investasi nasional 70 persen oleh swasta). Justru diusahakan koordinasi/sinergi antar pemerintah dengan masyarakat. Terutama dengan dunia usaha/swasta. Ini tidaklah mudah, karena jangan sampai berupa kolusi, kroni.
Mengenai citizen, masyarakat dimaksud masyarakat yang terorganisasi. Seperti misalnya LSM, asosiasi-asosiasi kerja dan profesi, bahkan paguyuban. Miltyon Esman pernah menulis buku local organizations intermediaries in rural development.
Good Governance oleh karena itu dimaksud mendukung proses pembangunan yang empower sumber daya dan pengembangan institusi yang sehat menunjang sistem produksi yang efisien oleh semua unsur governance.
Memang good governance dalam sejarah perkembangan program Bank Dunia lebih diarahkan untuk pembangunan ekonomi atau pemulihan ekonomi. Misalnya upaya menghilangkan negartive influencing factors hindering positive economic development. Tetapi sebenarnya juga dalam menyelenggarakan kehidupan sosial politik yang sehat.

II. Perkembangan Paradigma From Governmant to Governance Perkembangan kearah good governance ini juga bisa dilihat dari perkembangan ilmu pengurusan/administrasi (penyelenggaraan) pemerintah, publicadministration. Bagaimana mengurus suatu pemerintahan yang baik. Kepegawaian negeri yang efisien dan efektif. Perumusan tujuan pemerintaha, kebijakan (policy), kepemimpinan dan penggerakkan motivasi aparatur, pengawasan fungsional dan lain sebagainya. Sekarangpun masalah administrasi negara masih ada misalnya masalah pencampuran jabatan politis dengan jabatan karier dalam organisasi pemerintahan. Restrukturisasi pengorganisasian dan relokasi kepegawaian karena otonomi daerah-daerah. Dalam kepemimpinan dan motivasi prinsip-prinsip administrasi/manajemen yang baik diabaikan. Kemudian berkembang Administtrasi atau Manajemen Pembangunan. Terutama ini bagi negara-negara berkembang yang mempunyai niat mengusahakan perkapita terselenggaranya pembangunan. Apakah ini dalam arti pendapatan perkapita yang meningkat, distribusi pendapatan yang lebih adil. Pada pokoknya peningkatan kesejahteraan hidup anggota masyarakat. Ada yang menyebut yang dituju adalah improving quality of life (M.Soerjani). Untuk mengusahakan kearah itu, pemerintah berperan sebagai pendorong proses pembangunan, sebagai agent of change. Dan ini dilakukan melalui instrumen kebijakan (policy). Perencanaan (planning) dan Anggaran (Budget). Rinciannya melalui berbagai program dan proyek. Kemudian manajemen implementasinya dan pengawasannya (pengendalian pelaksanaannya). Dan ini disebabkan karena masyarakat sendiri perlu ditingkatkan keberdayaannya. Untuk meningkatkan produksi pangan sekaligus kesejahteraan hidup para petani ada program dan proyek, dan pembentukan kontak tani. Untuk meningkatkan peran usaha menengah dan kecil ada program dan proyek dari pemerintah. Demikian untuk KB dan lain sebagainya. Dalam pengembangan
industri pemerintah memelopori dengan infant industries, bahkan industrial parks. Ini juga dengan pengembangan institusi keuangan seperti perbankan dan institusi keuangan non bank (misalnya venture capital). Tetapi yang jelas dalam paradigma ini Pemerintah adalah the agent of change. Mungkin ini perlu karena belum ada efective capacity disektor swasta dan juga di masyarakat (LSM masih belum berdaya)
Kemudian berkembang pemikiran Reinventing Government bahkan Banishing Bureaucracy yang intinya Pemerintah (birokrasi) tidak perlu jadi pelaku pasar. Lebih memusatkan pada mengarahkan melalui kebijakan, steering rather than rowing. Dan memanfaatkan mekanisme pasar untuk mendorong perubahan Leveraging shange through the market. Pemerintah lebih bersifat entrepreneurial. Birokrasi yang ramping yang memberdayakan masyarakat. Fasilittating,enabling. Hal-hal yang sudah bisa dilakukan lebih baik olehdunia usaha swasta dan organisasi masyarakat serahkan kepada mereka. Kemudian berkembang paradigma (good) governace. Adatiga institusi dalam domain governance yaitu the state (negara atau pemerintah). Private sector (sektor swasta dan dunia usaha). Dan citizen mungkin lebih tepat organisasi lokal / kemasyarakatan. Mereka berinteraksi dalamfungsinya yang paling tepat bagi masing-masing. Pemerintah lebih berperan fasilitaty dan enabler (yangmemungkinkan masyarakat sendiri berperan aktif sebagai pelaku ekonomi sosial).
II. Good Governance bermula dari usulan Badan-badan Pembiayaan Internasional. Governance artinya : Memerintah – Menguasai – Mengurus. Sekali lagi Bondan Gunawan menawarkan kata Penyelenggaraan. World Bank merumuskan / describe governance as “the exercise of political powers to manage a nation’s affairs” (Pelaksanaan kekuasaan politik untuk memanage masalah-masalah suatu negara). Jadi memang lebih berat ke Pemerintah – Public Governance karena punya legitimasi – kekuatan untuk memerintahkan/menguasai. UNDP mendefinisikan sebagai manage a nations affair at all levels”. Tapi ini bisa negara menjadi coercive atau arbitrary (bertindak memaksa atau semena-mena). Dan oleh karena itu perlu dichek dengan demokrasi, mekanisme pasar, berjalannya hukum bahkan HAM. Jadi memang pada dasarnya pengembangan good governance paralel dengan berkembangnya kearah masyarakat madani. Dalam good governance terjadi interaksi/hubungan kerja pemerintah dengan citizen dan sektor swasta, dan ini bisa berjalan baik kalau berjalan demokrasi dan mekanisme pasar sebagai sistem yang melandasi partisipasi/koordinasi/kerjasama itu. Keselarasan kerja berdasar kesetaraan (mungkin tetap pemerintah mempunyai legitimasi lebih). Seperti telah diuraikan diatas good governance dalam literatur lebih dikaitkan dengan partneship governance pembangunan/pertumbuhan. Paradigma baru Government sebagai enabler rather provider. Governance yang mengusahakan untuk meningkatkan/memudahkan/memungkinkan (fasilitasi) agar citixzen dan private sector yang terutama produce dan periode products/service. Badan-badan Pembiayaan Internasional seperti The Wiorld Bank dan bdan-badan pembiayaan internasional lain (IMF) mengajukan penggunaan konsep ini untuk memperbaiki manajemen pembangunan di negara-negara penerima bantuan (try to use this consept to improve the management of development in recipient countries). Perhatian Bank Dunia pada state and administration dalam memberikan bantuan. Dan good govermant programs (program bantuan reformasi ekonomi). Jadi suatu ekonomi negara tertentu yang dalam kesulitan, perlu perbaikkan dalam kepemerintahan lalu diajukanlah konsep good governance ini. Paling sedikit beberapa governance issues atau peningkatan peranan dari organisasi masyarakat dan dunia usaha. Untuk Indonesia ini misalnya Letter of Intent untuk MEFP (Memorandum of Economic and Financial Policies) sekarang-sekarang ini.

IV. Perubahan Besar Peranan Negara dalam Manajemen Pembangunan Dalam dua buku World Development Report Bank Dunia tahun 1997 dan 1998 yaitu :
1 From Plan to Market (World Development Report 1997)
2 The Role of the State in a chaging World (World Developmnet Report 1998) Digambarkan adanya shift, pergeseran penting peranan negara yang dominan melalui perencanaan ekonomi, kearah pemanfaatan ekonomi dan mekanisme pasar sebagai dasar pengambilan kebijakan pemerintahan dan keputusan (transaksi) ekonomi oleh masyarakat sendiri. Yang semula sebagai Agent of Development – yaitu semula strategi dan kebijaksanaan mendorong pembangunan sosial ekonomi dilakukan oleh Pemerintah – berkembang kearah upaya utama pembangunan melalui peran masyarakat khususnya sektor swasta. Ini juga disebut perkembangan dari public Sector Led Æ kearah Private Sector Led Development. Suatu perkembangan daripada manajemen pembangunan yang lebih mendasarkan pada upaya pertumbuhan pembangunan oleh sektor masyarakat swasta, melalui pemanfaatan mekanisme pasar melalui proses market driven growth. Perkembangan ini juga terjadi bersamaan dengan perkembangan dari kebijaksanaan subtitusi impor kearah ekspor ke pasar dunia. Dari manajemen ekonomi yang inward looking- ke manajemen ekonomi yang outward looking. Dalam hubungan dengan atau negeripun tidak hanya dilakukan oleh pemerintah melainkan oleh sektor swasta dan organisasi masyarakat. Kenyataan ini juga mendorong berkembangnya good governance. Sebagai suatu kasus empiris Bank Dunia Asia Miracle Economic Growth and Public Policy. Buku inimembahas the appropriate role of public policy in economic development. “The success of many of the economies in East Asia in achieving rapid and equitable growth. Often in the context of activist public policies, raises complex questions about the relation ship berween the government, the private sector, and the market”. Jadi dengan sendirinya dalam good governance bukan Pemerintah dengan birokrasi besar (ngedabyah) yang diperlukan. Perlu reinventing government menurut Osborne dan Gaebler “Steering rather than rowing”, leveraging change

through the market”. Bahkan pemerintah dalam good governance harus entreprecurial daripada bureau cratic. Dan menurut Osbone dan Plastrik dalam Banishing Bureaucray perlu dilakukan downsizing/privatization dalam birokrasi. Disamping fasilitas dan empower organisasi masyarakat dan sektor swast. Peran utama public governance lebih paada policy facilitation and implementation. Yaitu sebagai “anabler”.

V. Globalisasi Ekonomi
Perkembangan paradigma good governance ini juga untuk sebagian akibat adanya globalisasi. Globalisasi memang bukan hanya ekonomi tetapi juga Ideologi dan lain-lain (HAM). Politik (Demokrasi Barat). Dalam wacana Samuel P. Huntington. “The clash of civilizations, and the remaking of world order”. Francis Fukuyama. “The end of hoistory and the last man” dan lain-lain, ada pengaruh global tentang pemikiran peradapan-peradapan, sikap hidup cara gagasan good governance ini. Keniichi Ohmae, dalam “The evolving global economy” membahas lebih intensnya interaksi ekonomi antar negara yang batas-batasnya semakin tipis. Pembahasan yangpenting ialah mengenai globalisasi dibidang ekonomi. Disini terjadi dalam ekonomi-pengembangan sistem produksi global (strategic alliances, outsourcing, multisourcing), sistem pembiayaan global (consortium type financing, portfolio capital. Banking credits). Sistem pasar global (global markets, emerging markets). Kesemuanya didasarkan dengan lebih berkembangnya ekonomi pasar (mekanisme pasar dalam transaksi ekonomi). Dan ini didukung oleh kemajuan, dalam transportasi, telekomunikasi, informasi, tourism terutama cyber communication (digital econamies). Terjadilah peningkatan keterkaitan ekonomi antar negara, misalnya memproduksi barang di negara tertentu, lisensi desain negara lain, dieksporpun kemanca negara. Dapat pembiayaan yang bersumber dari berbagai negara, berbagai lembaga pembiayaan internasional dan pasar uang.
Pada dasarnya peranan Pemerintah berkurang, paling sedikit harus bekerjasama dengan pelaku-pelaku ekonomi lain. Pelaku (ekonomi) dalam globalisasi bisa berperan multinational corporates, importir dan eksportir lintas global, investor manca negara, international banks, international (lending) agencies, LSM global dan lain sebagainya.
Pasar mempunyai aturan/kekuatan sendiri. Kalau kebijakan Pemerintah tidak
“market friendly” akan terjadi reaksi/gejolak pasar (dalam inflasi, nilai tukar currency dan lain sebagainya), bahkan reaksi pasar global.
VI. Perkembangan dalam masyarakat bangsa-bangsa
Menurut OECD ditahun 1992, setelah runtuhnya Uni Sovyet diangap sebagai merupakan konfirmasi jatuhnya ideologi dan sistem Komunisme dan berkembang kearah suatu pengakuan benarnya Ideologi dan sistem Liberal (liberal democracy), ada bahkan yang beranggapan keberan kapitalisme (ekonomi kapitalis). Dalam uraian ini dipakai saja ideologi leberal democracy yang dewasa ini lebih kuat pengaruh pemikiran “The Third Way”. The rise of social democracy dari anthony Giddens. Pemikiran ini terdiri dari prinsip-prinsip hidup bernegara, bermasyarakat yang menghargai : -HAM Perlindungan HAM -Ekonomi pasar yang sehat. Dimulai dari pemanfaatan mekanisme pasar dalam pengelolaan dan transaksi ekonomi. Dalam social democracy dibenarkan intervensi untuk keadilan-pemerataan (“welfare). -Demokrasi (liberal). Representative government. Kebijaksanaan politik lebih ditentukan oleh rakyat melalui sistem perwakilan berdaar Pemilu yang jurdil. -Rule of Law. Penegakkan (Supremasi) hukum atas dasar keadilan hukum. -Concern for the Environment. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih memperhatikan sustainabiulity dari lingkungan. -Good Governance. Governance berdasar sinergy/koordinasi yang baik antara sektor public. Citizen dan private sector yang accountable.
Kesemuanya ini mengarah kearah pembentukan Masyarakat Madani “Further more, good governance is playing an increasingly central role in conjunction with the demand for democracy in the consideration of international law in the area of sustainable development”. Christian Theobold.
Jadi dalam pemikiran perkembangan sistem bermasyarakat modern (madani) ini, perkembangan good governace merupakan part and parcel dari pengembangan masyarakat madani. Beberapa pemikir seperti Samuel Huntington berpendapat bahwa masa depan bukan lagi masa ideologi-ideologi, masa depan adalah masa pengembangan peradapan-peradapan *The clash of civilizations and the remaking of world order.)
VII.Kasus Perkembangan di Vietnam dengan Doi Moi
Kasus perkembangan di Vietnam ini dapat dijadikan contoh kasus dari negara yang Negara/Pemerintahannya overdominant kearah pemberdayaan sektor masyarakat terutama dunia usaha. Perkembangan dari ekonomi rencana/komando ke ekonomi pasar. Pham Chi Lau. Sekretaris Jenderal JADIN Vietnam mengemukakan bahwa Vietnam dalam dasawarsa akhir-akhir ini telah melalui suatu reformasi yang komprehensif yang disebut sebagai Doi Moi. Suatu reformasi yang merupakan turning point dari sejarah modern Vietnam. Vietnam betul-betul mengikuti trend perkembangan dunia yang disebut terdahulu yaitu from Plan to Market, dan lebih berperannya intitusi-institusi di sektor masyarakat.swasta dalam ekonomi. Beberapa elemen dalam perkembangan tersebut adalah seperti disebutnya :
1 State Ekonomi berkembang kearah private economy dan lain-lain. Developing productive forces and enhancing the effectiveness of the economy. Boleh dikata dari public sector led kearah private sector led economy.
2 Shifting from mechanism of the state that directs all economic activities kearah market mechanism sebagai landasan macro economic management by the state and business autonomy of all enterprise and citizens. From Plan to Market.
3 Shifting form autarkic closed economic structure kearah open economy and relation with out side world (integrasi dalam pasar global). Berusaha memanfaatkan globalisasi untuk ekonomi mereka.
4 Economic reform yang mengusahakan economic stability, groeth. Saya rasa juga dengan memperhatikan equity (karena dulu negara Komunis).
5 Berkembang kearah private sectory led economy. Good coordination *facilitating) between the govermant and business community (unsur-unsur dari good governance).
6 Semua ini ditunjang oleh legal frame work,policy sistem, economic environment and business representative mechanism.

Demikian juga terjadi di RRC dimana mereka adopt yang disebut socialist market economy. Pergeseran kearah ekonomi pasar ini di RRC malah berjalan cukup pesat.
VIII. Good Governance bukan Clean Government bukan juga bukan juga Pemerintah yang bersih dan berwibawa.
Clean Government merupakan bagian dari Good Governance. Karena partisipasi /koordinasi Pemerintah-Organisasi Masyarakat-Swasta itu juga jangan KKN. Koordinasi bukan kolusi, kroni. Good Governance, adalah dimana birokrasi berperan enabling, empowering bukan justru membebani dengan bureauratic cost. Sektor publik (pemerintah), melakukan koordinasi/sinergi dengan sektor masyarakat (private sector), sektor masyarakat terutama dunia usaha kearah output transaksional yang diharapkan the most effcient, yang paling ekonomis melalui mekanisme pasar yang sehat (the less social cost).
Mengacu pada istilah Oliver Williamson dan Barney dan Oucki, dikemukakan bahwa “good governance” dapat dicapai melalui pengaturan yang tepat dari fungsi pasar dengan fungsi organisasi termasuk organisasi publik sehingga dicapai transaksi-transaksi dengan biaya transaksi paling rendah.
Mekanisme pasar dan demokrasi menjadi saringan pengambilan keputusan masyarakat yang memberikan a level playing field, medan persaingan yang sama bagi semua, untuk melakukan kegiatan (usaha/hidup bermasyarakat. Bukan karena keputusan pilih kasih. Penunjukkan sepihak, monopoli untuk kepentingan untung sendiri.
Tipe ideal Good Governance adalah dimana terjadi suatu pengurusan yang compatible/yang saling mendukung dengan : Ekonomi Pasar (Merkanisme pasar yang fair/sehat) : Rule of Law dan Concern for the Environment;
Good Governance juga termasuk clean government (dalam literatur terutama Bank Dunia disebut agains corruption and patronage) kalau di Indonesia anti KKN-lah. Ini karena prinsip penting Good Governance adalah akuntabilitas dan Transparancy (Akuntabilitas dan Good Governance LANBPKP).
<asalahnya ekonomi pasar yang sehat itu perlu didukung competition law dan regulatory policies yang transparan dan adil (tidak ada monopoli, discriminatory measure dan lain-lain). Jangan sampai lebih favour the well connected over the efficient. Di Indonesia telah dikembangkan UU tentang Perseroan Terbatas. UU tentang Larangan Usaha Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. UU Perlindungan Konsumen dan lain-lain. Sekarang ada Masyarakat Transparancy. Indonesia Corruption Watch. Ombudsman dan lain sebagainya. Tetapi kesemuanya itu baru mulai. Proses perlu dilanjutkan.

IX. Dalam Good Governance Kebijakan (Intervensi) Publik Masih Perlu
Apakah dalam Good Governance peran Pemerintah tidak legitimate untuk mengintervensi ekonomi. Menurut penulis bisa. Sebagai fasilitasi dan enabler pemerintah tidaklah duduk di side walk. Bisa intervensi (publik intervention). Misalnya apabila ekonomi pasar menjadi tidak sehat (distorsi) dimana jalannya mekanisme pasar dimanfaatkan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang kuat dengan motif untung yang tanpa kendali (kapitalisme). Terjadilah dalam transaksi ekonomi free fiht competition, bahkan kompetiti tidak fair, karena kekuat ekonomi yang memaksa (monopoli/oligopoli). Disini penulis berpendapat masih ada hak pengendalian Pemerintah. Hal ini juga pengaruh kuat pemikiran “The Third Way dari anthony Giddens” tentang social democracy. (Disini seperti ada kontroversi antara Milton Friedman, Ronald Reagen. Margaret Thatcher >< Anthony Giddens. Tony Blair, Bill Clinton).
1 Untuk menciptakan kondisi makro ekonomi yang stabil. Conductive environment untuk kegiatan ekonomi, terutama investasi dan perdagangan,birokrasi yang efisien dan enabling. Institusi penunjang dan hukum.
2 Untuk fostering/mendorong memperkuat market. Pasar modal. Pasar uang,pasar barang,pasar jasa dan lain-lain yang sehat. Kadang – kadang malah memperbaiki institusi-institusi pasar yang bobrok. Seperti di Indonesia dengan Banking dan Corporate restructuring.
3 Untuk memperbaiki,menyehatkan jalannya ekonomi pasar, koreksi market distortions, Price relationship, kebijasanaan penghapusan subsidi.
4 Untuk keadilan, Memberdayakan yang kurang mampu agar dapat mencapai a level playing field dengan yang lain (dengan cara yang market friendly). Kebijakan venture capital misalnya.
5 Kebijaksanaan capacity building, pembinaan SDM.Pendidikan. Kesehatan, IlmuPengetahuan juga Infrastruktur Termasuk penelitian dasar dan terapan.

X. Priyate sector governance jadi bagian penting good governance
Untuk terjadinya koordinasi/sinergi yang baik antara Pemerintah dan sektor private maka perlu private sector governance menjadi bagian penting good governance. Misalnya corporate governance, banking sector governance yang sehat. Dalam ke-dua-duanya perlu kualitas manajer yang baik, dan sebaiknya melalui “fit and proper test” pemilihannya, ensuring accountability of management (ini meliputi visi, keahlian, pengalaman trackre-cord,moral dan achlak). Accountability of management to the company’s share holders, and for minority shareholders to voice their concerns. More complete and transparant disclosure of information. Telah diusahakan dikembangkan suatu Frame Work Code of Good Corporate Governance yang meliputi ketentuan-ketentuan tentang share holders rigts and procedures at general meeting of sharecholders (Rapat Umum Pemegang Saham). Ketentuan-ketentuan Dewan Komisaris. Ketentuan-ketentuan tentang Direksi (Board of Directors). Ketentuan-ketentuan tentang Audit System, tentang Corporate Secretatry tentang Disclosure. Bahkan mengenai Stake Holders,pemegang kepentingan yang lebih luas dari share holders (antara lain karyawan). (Tim J. Luhukay). Mengenai banking governance ada standar-standarnya (Basle standard for banking supervision dan lain sebagainya). Rasio kecukupan modal. Debt-Equity Ratio. Capital Adequacy Ratio, BMPK, penelaan due dilligence dan lain-lain. Penyebab krisis moneter Indonesia antara lain tapi terutama bahwa batas kemampuan, dan menggunakannya untuk investasi-investasi mark up dan yang kurang sehat. Untuk corporate governance kualitas manajemen harus dapat memenuhi pengujian-pengujian,seperti penilaian akuntansi dan audit dengan standar-standar yang baku,penerapan yang tepat dari bankcruptey laws.
Kalau bisa melalui penelaahan Manajemen Mutu ISO 9.000 dan penilaian audit dan akuntansi “Wajar Tanpa Syarat”, Bahkan Bondan Gunawan mengetengahkan pemikiran agar ada semacam ISO sebagai compliance standards dibidang corporate governance.
Dalam lingkup organisasi masyarakat/profersional juga bisa dikembangkan kriteria-kriteria good governance yang baik.Misalnya kode etik profesionalisme para profesional tertentu, seperti dokter,akuntan, jurnalistik dan lain sebagainya. Juga kriteria-kriteria pengelolaan lingkungan physik, pelayanan umum dan lain-lain.

XI. Upaya Internal Good Governance
Public bureauracy /public governance sendiri perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, reorientasi internalnya. Ini juga disebut sebagai reinteving government. Disini disebut saja elemen-elemen penting dari upaya reinteveing tersebut menurut David Osborne dan Ted Gaebler. Yang merupakan arus gerakan pemikiran tersendiri. Steering rather than rowing Empowering rather than Serving. Injecting competition into service delivery. Funding outcomes not inputs Meeting the need of the costumer. Not the bureaucracy. Earning rather than spending Preventing rather than cure. From hierarchy to participation and team work. Leverage change through the market (mendongkrak perubahan melalui pasar) dan Pemerintah yang bersih KKN (David Osborne dan Ted Gaebler “Reinventing Government”) Dari elemen-elemen penting yang dikemukakan tersebut public bureaucracy / public governance juga harus berubah dari sikap yang bureaucratic menjadi enterprenureal juga harus berubah dari sikap yang buereauratic menjadi entreprenureal, ini yang disebut governornance (HG. Frederickson) Reinventing ini atau reform birokrasi ini pada umumnya dilakukan kearah “Downsizing / privatization” dari birokrasi. Membangun entreprenureal minded public sector (David Osborne, Peter Plastrik “Banisihing Bureauracy”). Jadi birokrasi sebaiknya small ( efficient) effective entreprenural.

XII. Unsur-Unsur Utama Good Governance
1 Akuntabilitas (accountability) – tanggung gugat dari pengurusan / penyelenggaraan, dari governance yang dilakukan. Menurut LAN akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seorang pemimpin suatu unit organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau yang berwenang meminta pertanggungjawaban. Akuntabilitas ada akuntabilitas politik, keuangan dan hukum.
2 Transparansi (transparancy) Transparansi yaitu dapat diketahuinya oleh banyak pihak (yang berkepentingan mengenai perumusan kebijaksanaan (politik) dari pemerintah, organisasi, badan usaha. Tender pelelangan dan lain-lain dilakukan secara transaparan.
3 Keterbukaan (openes) Pemberian informasi secara terbuka, terbuka untuk open free suggestion, dan terbuka terhadap eritic yang merupakan partisipasi. Keterbukaan bisa meliputi bidang politik dan pemerintahan.
4. Aturan Hukum (Rule of Law) Keputusan, kebijakan pemerintah, organisasi, badan usaha berdasar hukum (peraturan yang sah). Jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan publik yang ditempuh. Juga dalam social economic transaction. Conflict resolution berdasar hukum (termasuk arbitrase). Institusi hukum yang bebas, dan kinerjanya yang terhormat ( an independendt judiciary).
Dasar-dasar dan institusi hukum yang baik sebagai infrastuktur good governance.
4 Ada yang yang menambahkan jaminan fairnes, a level playing field (perlakuan yang adil / perlakuan kesetaraan) Adamolekun dan Briyant menambahkan dalam unsur-unsur good governance, management competency dan human rights.

XIII. Bringging The State Closer to the People (Otonomi Seluas-luasnya)
Dalam World Development Report 1997 “The State in a Changing World”, diberikan satu pembahasan chapter khusus tentang “Bringing the State Closer to the People”. Ini dilakukan melalui terutama suatu pemerintah yang demokratis (termasuk perwakilan-perwakilan rakyat daerah / lokal) dan desentralisasi. Demokratis, aspiratif closer to the people. Desentralisasi mendekatkan dan menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan lokal (misalnya izin investasi, perdagangan luar negeri dan antar daerah, izin usaha). Dekonsentrasi mendekatkan dan menyesuaikan pelayanan dengan kebutuhan lokal (misalnya izin investasi, perdagangan luar negeri dan antar daerah, izin usaha). Dekonsentrasi Æ Desentrialisasi Æ Otonomi tidak saja dalam tingkatan pemerintahan tetapi juga pada organisasi masyarakat. Jadi tidak saja decentralized government tetapi juga decentrallized to the citizen organization. Program KB dilakukan oleh kelompok-kelompok KB masyarakat, program-program sosial oleh organisasi /LSM sosial. Pengawasan etika Pers oleh masyarakat Informasi. Kelaikan usaha oleh Asosiasi Usaha. Meningkatkan akuntabilitas dan kepekaan sosial melalui partisipasi. Mendapat masukan dari Opini Publik tentang kebutuhan dan pelaksanaan pelayanan.
Mekanisme pattipasi masyarakat didaerah (LSM, kelompok-kelompok kepentingan, organisasi buruh, asosiasi produsen, paguyuban daerah).
Satu aspek penting dari otonomi adalah kemampuan pembiayaan /
pendanaan. Daerah perlu diberi cukup taxing power kekuasaan pemajakan, pajak
daerah dan diberi cukup tax share (perimbangan penerimaan keuangan). Dan
bentuk-bentuk swadana bagi kegiatan usaha masyarakat.
Tentu saja peningkatan capacity SDM ditingkat daerah / lokal/ lihat Gambhir
Bhatta “Capacity Building at the local level for effective governance,
empowerment without capacity is meaningless”.

XIV.Indikator keberhasilan good governance (secara makro dan secara sektoral). Dalam praktek good governance perlu dikembangkan indikator keberhasilan pelaksanaan good governance. Keberhasilan secara umum dapat dilihat dari indikator ekonomi makro atau tujuan-tujuan pembangunan atau indikator guality of life yang dituju. Untuk negara-negara terkena krisis, indikator recovery. Tetapi bisa juga secara sektoral (produksi tertentu) , peningkatan eskpor, investasi, jaringan jalan, tingkat dan penyebaran pendidikan). Dan juga secara mikro seperti laporan hasil audit suatu badan usaha. Tidak saja perusahaan tetapi juga unit-unit birokrasi (misalnya dalam pelayanan). Misalnya Lembaga Administrasi Negara telah mengembangkan Modul tentang Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah dan Modul tentang Evaluasi Kinerja Instansi Pemerintah. Pengembangan indikator keberhasilan atau kegagalan dilakukan antara lain mengenai : Pelayanan publik UU NO.I/1995 Koordinasi sektor publik dan swasta (terutama dari keluhan sektor swasta / masyarakat. Pengelolaan usaha yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan ISO
14.000.
ISO 9.000 Kendali Mutu. Penilaian aspek manajemen tertentu.

Sertifikasi dan Standarisasi, juga suatu pengukuran / indikator kualitas produk. MRA Standard and Conformance. Adanya kesepakatan aturan penilaian mutu produk antar negara. Audit Report, Neraca Untung Rufi dan lain sebagainya bagi sesuatu badan usaha.

XV. Persepektif Penerapan Good Governance Di Indonesia Pertama perlu dipikir benar-benar apa Pemerintah the State perlu melakukan operasi / jadi pelaku pasar / investasi usaha sendiri. Apakah tidak lebih confine / membatasi pada fungsi pemerintahan yang esensial, yaitu kebijaksanaan pemerintah. Kebijakan luar negeri, kebijakan (politik) dalam negeri, kebijakan keuangan dan moneter, kebijakan anggaran, kebijakan perdagangan, keamanan dan pertahanan, tetapi usaha perbankan, badan usaha perdagangan bisa diserahkan pada sektor swasta. Bahkan dalam operasi services seperti listrik, telekomunikasi jasa angkutan sudah tidak perlu pemerintah. Dan sebelumnya malah kecenderungannya monopoli oleh pemerintah. Dari fungsi-fungsi yang sebaiknya dilakukan pemerintah sendiri (the state) bisa dibagi dalam kewenangan-kewenangan pusat dan kewenangan-kewenangan daerah (otonomi). Dibeberapa negara bahkan ada polisi distrik lokal. Taxing power dalam bentuk pajak daerah, mengenai pendidikan dan pelayanan kesehatan demikian pula. Bahkan banyak penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan dapat dilakukan swasth, organisasi masyarakat. Program keluarga berencana, dan program –program sosial dan pemeliharaan kelestarian lingkugan dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi masyarakat sendiri, berdasar swadaya dan swadana masyarakat. Peran citizen yang besar dalam good governance ialah menjaga agar governance tetap accountable, tanggung gugat. Organisasi masyarakat akan dapat menetapkan sendiri kriteria kelayakan dan kelaikan profesi, kode etiknya. Seperti telah disebutkan terdahulu praktek dokter, akuntan, jurnalistik / media, guru/pendidikan dan lain sebagainya.

Dalam Pemerintahan / Kabinet Persatuan Nasional Gus Dur –Mega baik dalam pembentukan maupun dalam pelaksanaannya ada pengaruh besar dari pemikiran Good Governance ini.
Kita lihat dalam pembentukan Kabinet. Ada dua Departemen dihapus. Departemen Penerangan dan Departemen Sosial. Dalam Good Governance banyak. Kalai tidak semua fungsi departemen tersebut sudah bisa dilakukan oleh organisasi masyarakat dan perusahaan –perusahaan dunia usaha. Usaha-usaha penerbitan media termasuk elektroik (TV) bisa dilakukan oleh badan usaha. Pengembangan dan pengadaan kode etik pers oleh kalangan peer of the press, tidak perlu Pemerintahan. Hanya di Indonesia yang ada TV negara (ini juga mungkin di Rusia). Panti sosial sudah bisa oleh organisasi masyarakat sendiri termasuk penyuluhan sosial. Ya hanya mungkin penghargaan sosial masih berfungsi negara / pemerintah.
Kemudian Departemen-departemen juga dijadikan Kantor Menteri Negara Saja,dari PU, Pariwisata, Koperasi, Transmigrasi. Fungsi-fungsi operasi dari Departemen-departemen tersebut sudah bisa diserahkan kepada organisasi-organisasi masyarakat dan swastha atau dibentuk. Badan yang mestinya kecil saja. Badan-badan pengiriman transmigran dan tenaga migran keluar (TKI) oleh badan-badan usaha konstruksi jalan, bahkan jalan tol, perumahan real estate, sudah swasta. Koperasi itu badan usaha ekonomi masyarakat. Pemerintah confine itself dalam policies / kebijakan-kebijakan.
Tapi ya itu karena pengambil keputusan serta merta, dadakan pemecahannya malah menjadi masalah. Bagaimana dengan pembentukan Badan Komunikasi dan Informasi yang sama ngedabyahnya dengan sebelumnya. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional, betul-betul tidak refunctioning sesuai good governance.
Pelaksanaan good governance yang benar-benar jadi tantangan dari Kabinet Persatuan Nasional ini ialah dengan otonomi Daerah. Bagaimana refunctioning kewenangan-kewenangan Pusat Daerah. Kemudian reposisi dari para pegawai ke daerah-daerah. Diplot sesuai dengan kemampuan pendanaan daerah baik dari taxing power dan dati tax share.